Jumat, 18 Desember 2015

Teknologi Pangan


                                      HASIL PENGOLAHAN JAHE INSTAN


          Acara              : Pengeringan (jahe instan)
          Hari/Tanggal   : Senin / 07 Desember 2015

A.   Alat dan bahan
1.    Alat
·         Pisau
·         Sendok
·         Telenan
·         Baskom plastik
·         Belender
·         Gelas ukur
·         Timbangan
·         Wajan
·         Spatula
·         Saringan
·         Plastik
2.    Bahan
·         Rimpang jahe
·         Gula
·         Air


B.   Cara kerja
1.    Memilih jahe yang baik, lalu menguupas dan mencuci bersih
2.    Blender dengan penambahan air, perbandingan rimpang jahe : air (1:3)
3.    Memeras dan menyaring menggunakan kain saring, ambil sarinya
4.    Menambahkan gula dengan perbandingan 1:1
5.    Pengeringan (masukkan dalam wajan, panaskan dan aduk sampai mengkristal)
6.    Kristal-kristal jahe diblender sampai menjadi bubuk jahe
7.    Kemas dalam plastik, jadilah produk instan jahe

A.   Hasil
Tabel 1. Pembuatan jahe instan
Produk
Berat jahe
Berat awal
Berat gula
Volume air
Berat akhir
Jahe instan
170 g
657 g
590 g
590 cc
533 g

Tabel 2. Uji organoleptik jahe instan
Rasa
Manis, sedikit pedas
Aroma
Manis gula
Warna
Putih tulang
Tekstur
Bubuk lembut

B.   A.   Pembahasan
Pada praktikum ini, teknologi pembuatan jahe instan dilakukan dengan menggunakan teknologi kristalisasi. Proses pembuatan jahe instan adalah pertama memilih jahe yang baik untuk mendapatkan hasil dengan mutu jahe instan yang berkualitas baik, lalu mengupas dan mencuci jahe hingga bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada jahe. Kemudian memblender dengan menambahkan air dengan perbandingan rimpang jahe dan air 1 : 3 untuk mengeluarkan sari jahe dari ampas atau serat jahe. Kemudian memeras dan menyaring menggunakan kain saring untuk menghasilkan sari jahe. Kemudian menambahkan gula dengan perbandingan 1 :1. Fungsi gula dalam pembuatan jahe instan adalah sebagai bahan pemanis, penambah rasa, pembentukan gel dan pengawet alami. Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi sehingga cairan sel mikroorganisme terserap keluar, akibatnya menghambat sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan kematian sel (Winarno, 2004).

        Selanjutnya pengeringan dengan memasukkan larutan sari jahe dengan gula pasir kedalam wajan dan panaskan serta aduk sampai mengkristal. Selama proses pemasakan perlu dilakukan pengadukan agar panasnya dapat merata serta untuk mencegah kegosongan. Menurut Estasih (2011) kristalisasi yang terjadi pada pembuatan jahe berfungsi untuk menguapkan air dari pemurnian. Untuk memurnikan suatu komponen bahan pangan dari suatu campuran, pemisahan dapat dilakukan dengan kristalisasi. Kemudian kristal-kristal jahe diblender sampai manjadi bubuk jahe. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan bubuk jahe instan yang halus. Terakhir kemas dalam plastik dan produk jahe instan siap dikonsumsi.

      Kristalisasi adalah istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkatann dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukkan kondisi inti kristal, pertumbuhan kristal dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah (Estasih, 2011)

         Teknologi kristalisasi ini didasarkan pada pemanfaatan sifat gula pasir (sukrosa) yang dapat kembali membentuk kristal setelah dicairkan. Secara umum, mekanismenya yaitu sukrosa yang dipanaskan akan mencair dan bercampur dengan bahan lainnya. Ketika air menguap, maka sukrosa tersebut akan terbentuk kembali menjadi butiran-butiran padat. (Estasih, 2011)

  Berdasarkan hasil pengamatan pengolahan jahe instan menunjukkan bahwa terjadi penyusutan berat akhir bahan dibanding berat awal bahan. Berat jahe awal sebesar 657 g sedangkan berat akhir bahan 533 g. Hal ini terjadi karena proses pengelahan bahan.

         Menurut hasil uji organoleptik jahe instan menunjukkan bahwa jahe instan memiliki  rasa manis sedikit pedas, aromanya manis gula, warnanya putih tulang, teksturnya bubuk lembut. Rasa manis pada bubuk instan dihasilkan dari citarasa gula yang ditambahkan pada proses pengolahan jahe instan. Tekstur bubuk lembut pada jahe instan didapatkan karena hasil kristalisasi bahan pada saat pengolahan.

KESIMPULAN
  Pada praktikum ini, teknologi pembuatan jahe instan dilakukan dengan menggunakan teknologi kristalisasi. Proses pembuatan jahe instan adalah pertama memilih jahe yang baik, lalu mengupas dan mencuci jahe hingga bersih. Kemudian memblender dengan menambahkan air dengan perbandingan rimpang jahe dan air 1 : 3 untuk mengeluarkan sari jahe dari ampas atau serat jahe. Kemudian memeras dan menyaring menggunakan kain saring untuk menghasilkan sari jahe. Kemudian menambahkan gula dengan perbandingan 1 :1. Selanjutnya pengeringan dengan memasukkan larutan sari jahe dengan gula pasir kedalam wajan dan panaskan serta aduk sampai mengkristal. Kemudian kristal-kristal jahe diblender sampai manjadi bubuk jahe. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan bubuk jahe instan yang halus. Terakhir kemas dalam plastik dan produk jahe instan siap dikonsumsi.

        Kristalisasi adalah istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukkan kondisi inti kristal, pertumbuhan kristal dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah.

DAFTAR PUSTAKA

 Estasih Teti, Teknologi Pengolahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara
Winarno, 2004, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama


Rabu, 21 Oktober 2015

FERMENTASI

Manfaat Makanan dan Minuman Fermentasi untuk Kesehatan
Oleh : Ladyamayu Pinasti

Fermentasi adalah salah satu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dimana sebagai donor dan akseptor elektron adalah senyawa organik. Makanan yang dibuat secara fermentasi telah diketahui sejak berabad-abaf yang lalu di Negara – negara Timur Tengah. Ternyata makanan yng dibuat dengan fermentasi mampu memperpanjang daya simpan suatu produk. Tape singkong adalah salah satu produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, dimana terjadi suatu perombakan bahan –bahan yang tidak sederhana sebagai contoh zat pati dalam singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana dengan bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir.


Berkat banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli maka fermentasi adalah reaksi oksidasi – reduksi, dimana zat yang dioksidasi (pemberi elektron) maupun zat yang direduksi (penerima elektron) adalah zat organik dengan melibatkan mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan ragi, zat organik yang digunakan umumnya glukosa yang dipecah menjadi aldehide, alkohol atau asam. Makanan fermentasi adalah suatu produk makanan yang dibuat dengan bantuan mikroorganisme tertentu. Mikroba menggunakan komponen pada bahan sebagai subtrat untuk menghasilkan energi, membangun komponen sel dan menghasikan metebolit produk. Akibat aktivitas mikroba, makanan akan mengalami serangkaian perubahan biokimia yang dikehendaki dan memberika ciri spesifik makanan tersebut. Untuk melakukan metabolisme, mikroorganisme tersebut membutuhkan sumber energi berupa karbohidrat, protein, mineral dan zat – zat gizi yang terdapat dalam bahan pangan. Dalam proses mikroorganisme pertama  kali akan menyerang karbohidrat, kemudian protein dan selanjutnya lemak. Bahkan terjadi tingkatan penyerangan terhadap karbohidrat yaitu terhadap gula, kemudian alkohol, selanjutnya terhadap asam

Banyak keuntungan dari pangan fermentasi baik dari sifat-sifat organoleptik atau inderawi, peningkatan nilai gizi dan sanitasi. Keunggulan dari makanan fermentasi antara lain memberikan penampakan dan cita rasa yang khas, seperti tempe, oncom, tanco yang berbeda dengan penampakan atau rasanya dengan bahan aslinya yaitu kedelai. Selain itu mempunyai aroma yang lebih disukai dengan terbentuknya asam, alkohol, ester dan senyawa pembentuk aroma lainnya pada yogurt, keju, kecap, acar, tape, tauco, brem dan lainnya. Makanan fermentasi akan menjadi lebih awet, lebih aman, nilai cerna meningkat dan memberikan flavor yang lebih enak.


Berbagai bahan baku antara lain susu, daging, ikan, buah, sayur, serealia, kacang-kacangan dan biji-bijian dapat difermentasikan secara sendiri-sendiri maupun kombinasi dengan berbagai mikroba antara lain bakteri, yeast maupun jamur. Bermacam-macam produk fermentasi yang dikenal antara lain yogurt, sosis, kecap, tempe, tape, brem dan lan sebagainya.

Daftar Pustaka

Effendi. S.H.M, 2012, Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan, Bandung, Alfabeta





Selasa, 13 Oktober 2015

Teknologi Pengawetan Pangan

SUSU PASTEURISASI
Oleh : Ladyamayu Pinasti


Pasteurisasi merupakan proses termal dengan suhu sedang (mild heat treatment) yang diberikan pada produk pangan, biasanya dibawah suhu 1000C. tujuan pasteurisasi adalah membunuh mikroba vegetative tertentu, terutama pathogen dan inaktivasi enzim. Metode pengawetan ini mempunyai pengaruh terhadap perubahan karakteristik sensoris dan nutrisi produk pada minuman.

Pasteurisasi panas pada susu perlu dilakukan untuk mencegah pemularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Kondisi pasteurisasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan maksimum terhadap penyakit yang dibawa oleh  susu, dengan mengurangi seminimum mungkin kehilangan zat gizinya  dan sementara itu mempertahankan semaksimal mungkin rupa dan cita rasa susu mentah segar. Bila dilaksanakan dengan tepat, pasteurisasi dapat menghancurkan semua organisme patogen. Beberapa cara pasteurisasi dngan panas telah dikembangkan dimana 2 cara yang umum dikenal adalah holding method dan high temperature short time (HTST).

A. Cara – Cara Pasteurisasi
Dalam holder method sejumlah besar susu dipanaskan seluruhnya sampai suhu tertentu selama jangka waktu tertentu. Waktu dan suhu yang biasa dipergunakan adalah 30 menit dan suhu 650C. Suhu diatas 660C menyebabkan timbulnya flavor susu masak dan kemungkinan rusaknya lapisan tipis di sekitar butiran lemak sehingga mengurangi kecenderungan susu tersebut untuk membentuk lapisan krim. Dalam metode HTST, susu ditahan selama 15-16 detik pada suhu 71,70C dan 750C dengan menggunakan alat pemanas berbentuk lempengan (plate heatexchanger), suatu sistem dimana pengawasan suhu harus dijaga sebaik mungkin.

Untuk mencegah timbulnya bakteri yang masih dapat hidup dalam susu yang sudah terpasteurisasi, produk itu harus didinginkan dengan cepat sesudah dipanaskan. Baik prosedur “holdr” maupun HTST, menghancurkan 90 – 91% bakteri yang ada didalam susu, dengan kemungkinan kerusakan yang sangat kecil bagi laktosa, casein dan unsur lemak, akan tetapi vitamin C dapat dirusak oleh cara – cara ini.

Pasteurisasi dengan cara menumbuhkan hidrogen peroksida telah digunakan dibeberapa negara, meskipun hal itu tidak diizinkan di negara – negara seperti Australia, Amerika Serikat atau Inggris karena adanya teknik pasteurisasi dengan panas. Dalam penggunaan hidrogen peroksida, kira-kira 0,03-0,04 % hidrogen peroksida ditambahkan pada susu segera sesudah pemerahan. Penambahan selanjutnya diperlukan sesudah 12-20 jam karena enzim katalase didalam susu dapat menghancurkan hidrogen peroksida tersebut. Ahir-akhir ini suatu proses pasteurisasi baru, yang disebut Ultra High Temterature (UHT) telah dikembangkan. Susu dipanaskan sampai 1250C selama 15 detik atau 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dibawah tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran (turbulence) dan mencegah terjadinga pembakaran susu pada lempeng-lempeng alat pemanas. Susu yang dihaslkan boleh dikatakan steril dan bila dikemas secara aseptik dapat disimpan pada suhu kamar biasa selama beberapa bulan.



B. Pengujian Kecukupan Pasteurisasi
Masih aktifnya enzim fosfatase dianggap sebagai uji yang dapat dipercaya untuk membuktikan apakah susu telah cukup dimasak dengan panas, karena enzim ini terdapat dalam susu segar mentah, dan diinaktifkan baik oleh prosedur pasteurisasi holder maupun HTST.. Penting sekali diingat bahwa pasteurisasi tidak berarti sterilisasi , dan oleh karenanya, beberapa mikroorganisme diharapkan masih dapat tahan terhadap pasteurisasi. Pasteurisasi harus dapat mematikan semua bakteri patogen, ragi, jamur dan juga sebagian besar sel-sel vegetatif pada bakteri. Bakteri yang tahan hidup yang dapat diklasifikasikan sebagai organisme tahan panas atau thermoduric termasuk kelompok - kelompok bakteri yang berbeda beda. Diantara yang tahan terhadap proses pasteurisasi adalah bakteri asam laktat, seperti Streptocucus thermophilus, Lactobacillus lactis dan Lactobacillus thermophilus. Jenis-jenis tertentu daripada Micrococcus juga tahan hidup dan mungkin dapat mengakibakan kerusakan selanjutnya pada susu yang telah di pasteurisasi, seperti dapat diduga anggota kelompok pembentukan spora. Bacillus dan Clostridium juga tahan pasteurisasi dan juga dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada produk.

Peraturan kesehatan masyarakat memberi patiokan untuk mutu sehat bagi susu dan produk susu, supaya tersedia produk-produk yang sehat dengan kandungan bakteri yang rendah dan bebas dari organisme, patogen. Uji mikrobiologis rutin diadakan supaya selalu memenuhi standar. Susu biasanya diuji sebelum dan sesudah pengolahan.

Prosedur penentuan koloni mikroorganisme yang masih hidup (viable plate count) telah digunakan secara meluas. Penghitungan mikroorganisme langsung dengan olesan berwarna dari contoh susu ajuga telah digunakan tetapi banyak kerugiannya. Uji reduksi dengan zat warna methylene blue atau resazurin banyak digunakan sebagai dasar pengujian rutin dari mutu sus mentah. Metode reduksi dengan menggunakan zat warna yang manapun tidak memberikan pengukuran jumlah bakteri dalam susu, teapi cara ini menunjukkan tingkat kegiatan dari jenis-jenis bakteri tertentu dan dengan demikian memungkinkan klasifikasi susu sebagai susu yang dapa diterima dan tidak untuk tingkat atau kegunaan tertentu. Karena organisme ini tumbuh di dalam susu yang sedang di uji, organisme-organisme ini akan menghabiskan oksigen yang ada dan menurunkan potensial oksidasi reduksi. Hal ini mengakibatkan indikator zat warna berubah warnanya. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna atau mengurangi zat warna secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah organisme yang ada.

Daftar Pustaka
Estiasih Teti, Ahmadi K, 2009, Teknologi Pengolahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara.

Buckle, Edwards, Fleet, Wooton, penerjemah Adiono.P.H, 2010, Ilmu Pangan, Jakarta, Universitas Indonesia (UI press).



Jumat, 04 September 2015

Artikel Islam dan Sains

Makanan Dalam Perspektif Islam

Oleh : Ladyamayu Pinasti

A.   A. Makna Makanan



          Dalam Al-Qur’an Penyebutan kata makanan yang sering dipakai adalah “akala, Adapun kata-kata lain yang mengadopsi arti makanan dalam hadis sering di jumpai dengan kata”ghidza”. Makanan dalam bahasa arab yakni, at'imah. Kata At'imah merupakan jamak dari katatha’am yang menurut etimologi berarti segala sesuatu atau apa-apa yang bisa dimakan.
          Menurut bahasa makanan adalah nomina yang di sandang pada sesuatu yang dapat dimakan dan mendukung kesehatan badan (Thawilah, 2012)
          Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur – unsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi leh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh (Almatsier, 2019).
           Makanan adalah pemelihara kehidupan, semua makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT di permukaan bumi, baik manusia, binatang maupun tumbuhan mutlak memerlukannya. Makanan memberikan kekuatan essensial bagi kehidupannya, menyuplai unsur – unsur yang akan membentuk sel tubuhnya dan memperbaharui yang rusak. (Mahran, 2006)
  BHukum Mengkonsumsi Makanan
      Segala sesuatu yang diperbuat seseorang dalam hidupnya, oleh Islam siikat dengan tujuan mulia kehidupannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Mngkonsumsi makanan merupakan cara untuk menjaga kelangsungan hidup dan memelihara kesehatan. Dengan begitu, ia bisa bertaqwa, taat `d`an`` beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, hokum mengkonsumsi makanan beda-beda, sesuai kondisi masing-masing orang.
        Ada makanan yang dihukumi wajib, yaitu jika tidak mengkonsumsinya mengakibatkan kematian. Maka, barangsiapa menolak memakan bangkai dalam keadaan darurat hingga menyebabkan kematian, ia berdosa.  Selain itu, ada yang dihukumi lazim mu’akkad (harus), yaitu untuk menjaga agar mampu shalat sambil berdiri damudahkannya berpuasa. Jadi tidak boleh seseorang melakukan diet sedemikian rupa sehingga mengakibatkannya tidak mampu beribadah.
     Ada yang dihukumi mubah, yaitu yang menyebabkan kenyang untuk menambah kekuatan badan, Maka tidak mengapa setelah  atau sebelum makan nasi ditambah buah-buahan. Ada juga yang dihukumi makruh, yaitu yang melebihi batas kenyang, kecuali untuk tujuan agar besok kuat berpuasa atau mendorong agar tamu menyantap makanan tanpa malu-malu. Akan tetapi ada juga yang dihukumi haram, yaitu yang berlebihan sampai memahayakan badan.
C, Substansi – Substansi yang Dilarang dan Diperbolehkan dalam Al-Qur’an

         Allah SWT mengizinkan orang-orang mukmin mengkonsumsi makanan yang baik, yang bermanfaat bagi badan. Di sisi lain, Allah SWT mengharamkan segala sesuatu yang buruk sewaktu masih ada pilihan, karena bisa membahayakan badan atau agama. Segala sesuatu yang diharamkan syariat, dihukumi haram karena keburukan yang dikandungnya, baik berupa najis maupun lainnya. Segala sesuatu yang di perbolehkan, berarti baik dan boleh dikonsumsi.

Di dalam Al-Qur’an Allah SWT bersabda :

يَسْئَلُونَكَ ما ذا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّباتُ وَ ما عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوارِحِ مُكَلِّبينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَ اذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَريعُ الْحِسابِ

Mereka menanyakan kepadamu:" Apakah yang dihalalkan bagi mereka" Katakanlah:" Dihalalkan bagimu yang baik- baik dan ( buruan yang ditangkap ) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu ( waktu melepasnya ). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya".(An-Nahl ayat 4)

الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّباتُ وَ طَعامُ الَّذينَ أُوتُوا الْكِتابَ حِلٌّ لَكُمْ وَ طَعامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ وَ الْمُحْصَناتُ مِنَ الْمُؤْمِناتِ وَ الْمُحْصَناتُ مِنَ الَّذينَ أُوتُوا الْكِتابَ مِنْ قَبْلِكُمْ إِذا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ مُحْصِنينَ غَيْرَ مُسافِحينَ وَ لا مُتَّخِذي أَخْدانٍ وَ مَنْ يَكْفُرْ بِالْإيمانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَ هُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخاسِرينَ

"Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik- baik. Makanan ( sembelihan ) orang- orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka.( Dan dihalalkan mengawini ) wanita- wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita- wanita yang beriman dan wanita- wanita yang menjaga kehormatan di antara orang- orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak( pula )menjadikannya gundik- gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman ( tidak menerima hukum- hukum Islam ) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang- orang merugi".(An Nahl ayat 5)

Daftar Pustaka :

 A.T. Wahab Abdul, 2012, Fiqih Kuliner, Al kautsar, Jakarta
Almatsier Sunita, 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mahran Jamaluddin, 2006, Al Qur’an Bertutur Tentang Makanan dan Obat-Obatan, Mitra Pustaka, Yogyakarta

Sabtu, 04 Juli 2015



Keistimewaan Labu Kuning sebagai Makanan Favorit Rasulullah SAW dalam Konteks Kesehatan dan Islam


Makalah
Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
Festival UNIDA Gontor 2015



Oleh :
Ladyamayu Pinasti
35.2014.7.2.0992


PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
DIVISI MANTINGAN
2015 

Selasa, 10 Maret 2015

Indeks Antropometri

Indeks Masa Tubuh (IMT)


      Indeks masa tubuh merupakan salah satu metode pengukuran antopometri yang digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985 batasan BB normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT). Indeks masa tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun keatas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak remaja, ibu hamil damn olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) seperti edema, assites dan hepatomegali. Batas ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal 20,1-25,0) dan perempuan (normal 18,7-23,8). 
     Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antaralaki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada permpuab untuk kategori gemuk tingkat berat.
     Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut : 

Tabel 1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia 
Sumber : Depkes 1994, Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakatra hlm 4


Kategori
IMT
kurus
Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat
< 17,0

Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan
17,0-18,5
Normal

>18,5-25,0
Gemuk
Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan
>25,0-27,0

Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat
>27,0

Cara menghitung IMT : 
IMT = BB (Kg) : TB (m2)

       Berat normal adalah idaman bagi setiap orang untuk mencapai tingkat kesadaran yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan resiko sakit rendah. Berat badan kurang dan berlebih akan menimbulkan resiko terhadap berbagai macam penyakit. Kerugian dari keadaan berat badan kurang dan berlebih adalah sebagaai berikut :

Tabel 2 : Kerugian Berat Badan Kurang dan Berat Badan Lebih 
Sumber : Depkes RI, 1994 Pedoman Praktik Memantau Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta

Berat Badan
Kerugian
Kurang           (Kurus)           
    1.   Penampilan cenderung kurang baik
  .  2.   Mudah Letih
  .  3   Resiko sakit tinggi, antara lain ;
  •      Penyakit Infek
  •      Depresi
  •      Anemia
  •           Diare

  .    4.    Memiliki resiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR saat hamil
  .  5.  Kurang mampu bekerja keras.
Kelebihan (Gemuk)
  .   1.  Penampilan kurang menarik
  .  2. Gerakan tidak gesit dan lamban
  .    3.   Mempunyai resiko, antara lain :
  • Jantung dan pembuluh darah
  • Kencing manis (diabetes melitus)
  • Tekanan darah tinggi
  • Gangguan sendi dan tulang
  • Gangguan ginjal
  • Gangguan kandungan empedu
  • Kanker

  .  4. Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, pendarahan yang tidak teratur) dan faktor penyakit pada persalinan.



Daftar Pustaka

Supariasa N. D. I, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu, 2013, Penilaian Status Gizi, Buku Kedokteran, Jakarta.
Proverawati Atikah, Asfuah Siti, 2009, Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.