SUSU PASTEURISASI
Oleh : Ladyamayu Pinasti
Pasteurisasi merupakan proses termal
dengan suhu sedang (mild heat treatment) yang diberikan pada produk pangan,
biasanya dibawah suhu 1000C. tujuan pasteurisasi adalah membunuh
mikroba vegetative tertentu, terutama pathogen dan inaktivasi enzim. Metode
pengawetan ini mempunyai pengaruh terhadap perubahan karakteristik sensoris dan
nutrisi produk pada minuman.
Pasteurisasi panas pada susu perlu
dilakukan untuk mencegah pemularan penyakit dan mencegah kerusakan karena
mikroorganisme dan enzim. Kondisi pasteurisasi dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan maksimum terhadap penyakit yang dibawa oleh susu, dengan mengurangi seminimum mungkin
kehilangan zat gizinya dan sementara itu
mempertahankan semaksimal mungkin rupa dan cita rasa susu mentah segar. Bila
dilaksanakan dengan tepat, pasteurisasi dapat menghancurkan semua organisme
patogen. Beberapa cara pasteurisasi dngan panas telah dikembangkan dimana 2
cara yang umum dikenal adalah holding method dan high temperature short time
(HTST).
A. Cara – Cara Pasteurisasi
Dalam holder method
sejumlah besar susu dipanaskan seluruhnya sampai suhu tertentu selama jangka
waktu tertentu. Waktu dan suhu yang biasa dipergunakan adalah 30 menit dan suhu
650C. Suhu diatas 660C menyebabkan timbulnya flavor susu
masak dan kemungkinan rusaknya lapisan tipis di sekitar butiran lemak sehingga
mengurangi kecenderungan susu tersebut untuk membentuk lapisan krim. Dalam
metode HTST, susu ditahan selama 15-16 detik pada suhu 71,70C dan 750C
dengan menggunakan alat pemanas berbentuk lempengan (plate heatexchanger),
suatu sistem dimana pengawasan suhu harus dijaga sebaik mungkin.
Untuk mencegah
timbulnya bakteri yang masih dapat hidup dalam susu yang sudah terpasteurisasi,
produk itu harus didinginkan dengan cepat sesudah dipanaskan. Baik prosedur “holdr”
maupun HTST, menghancurkan 90 – 91% bakteri yang ada didalam susu, dengan
kemungkinan kerusakan yang sangat kecil bagi laktosa, casein dan unsur lemak,
akan tetapi vitamin C dapat dirusak oleh cara – cara ini.
Pasteurisasi dengan
cara menumbuhkan hidrogen peroksida telah digunakan dibeberapa negara, meskipun
hal itu tidak diizinkan di negara – negara seperti Australia, Amerika Serikat
atau Inggris karena adanya teknik pasteurisasi dengan panas. Dalam penggunaan
hidrogen peroksida, kira-kira 0,03-0,04 % hidrogen peroksida ditambahkan pada
susu segera sesudah pemerahan. Penambahan selanjutnya diperlukan sesudah 12-20
jam karena enzim katalase didalam susu dapat menghancurkan hidrogen peroksida
tersebut. Ahir-akhir ini suatu proses pasteurisasi baru, yang disebut Ultra
High Temterature (UHT) telah dikembangkan. Susu dipanaskan sampai 1250C
selama 15 detik atau 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan
dibawah tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran (turbulence) dan mencegah
terjadinga pembakaran susu pada lempeng-lempeng alat pemanas. Susu yang
dihaslkan boleh dikatakan steril dan bila dikemas secara aseptik dapat disimpan
pada suhu kamar biasa selama beberapa bulan.
B. Pengujian Kecukupan Pasteurisasi
Masih aktifnya enzim
fosfatase dianggap sebagai uji yang dapat dipercaya untuk membuktikan apakah
susu telah cukup dimasak dengan panas, karena enzim ini terdapat dalam susu
segar mentah, dan diinaktifkan baik oleh prosedur pasteurisasi holder maupun
HTST.. Penting sekali diingat bahwa pasteurisasi tidak berarti sterilisasi ,
dan oleh karenanya, beberapa mikroorganisme diharapkan masih dapat tahan
terhadap pasteurisasi. Pasteurisasi harus dapat mematikan semua bakteri
patogen, ragi, jamur dan juga sebagian besar sel-sel vegetatif pada bakteri. Bakteri
yang tahan hidup yang dapat diklasifikasikan sebagai organisme tahan panas atau
thermoduric termasuk kelompok - kelompok bakteri yang berbeda beda.
Diantara yang tahan terhadap proses pasteurisasi adalah bakteri asam laktat,
seperti Streptocucus thermophilus, Lactobacillus lactis dan Lactobacillus
thermophilus. Jenis-jenis tertentu daripada Micrococcus juga tahan hidup
dan mungkin dapat mengakibakan kerusakan selanjutnya pada susu yang telah di
pasteurisasi, seperti dapat diduga anggota kelompok pembentukan spora. Bacillus
dan Clostridium juga tahan pasteurisasi dan juga dapat menyebabkan kerusakan
lebih lanjut pada produk.
Peraturan kesehatan
masyarakat memberi patiokan untuk mutu sehat bagi susu dan produk susu, supaya
tersedia produk-produk yang sehat dengan kandungan bakteri yang rendah dan
bebas dari organisme, patogen. Uji mikrobiologis rutin diadakan supaya selalu
memenuhi standar. Susu biasanya diuji sebelum dan sesudah pengolahan.
Prosedur penentuan
koloni mikroorganisme yang masih hidup (viable plate count) telah digunakan
secara meluas. Penghitungan mikroorganisme langsung dengan olesan berwarna dari
contoh susu ajuga telah digunakan tetapi banyak kerugiannya. Uji reduksi dengan
zat warna methylene blue atau resazurin banyak digunakan sebagai dasar
pengujian rutin dari mutu sus mentah. Metode reduksi dengan menggunakan zat
warna yang manapun tidak memberikan pengukuran jumlah bakteri dalam susu, teapi
cara ini menunjukkan tingkat kegiatan dari jenis-jenis bakteri tertentu dan
dengan demikian memungkinkan klasifikasi susu sebagai susu yang dapa diterima
dan tidak untuk tingkat atau kegunaan tertentu. Karena organisme ini tumbuh di dalam
susu yang sedang di uji, organisme-organisme ini akan menghabiskan oksigen yang
ada dan menurunkan potensial oksidasi reduksi. Hal ini mengakibatkan indikator
zat warna berubah warnanya. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna atau
mengurangi zat warna secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah organisme
yang ada.
Daftar Pustaka
Estiasih Teti, Ahmadi K, 2009,
Teknologi Pengolahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara.
Buckle, Edwards, Fleet, Wooton,
penerjemah Adiono.P.H, 2010, Ilmu Pangan, Jakarta, Universitas Indonesia
(UI press).
Pasteurisasi merupakan proses termal
dengan suhu sedang (mild heat treatment) yang diberikan pada produk pangan,
biasanya dibawah suhu 1000C. tujuan pasteurisasi adalah membunuh
mikroba vegetative tertentu, terutama pathogen dan inaktivasi enzim. Metode
pengawetan ini mempunyai pengaruh terhadap perubahan karakteristik sensoris dan
nutrisi produk pada minuman.
Daftar Pustaka
Estiasih Teti, Ahmadi K, 2009,
Teknologi Pengolahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar