Minggu, 25 Desember 2016

Kehalalan Pangan


Peningkatan Keuntungan Bagi UKM dengan Penerapan Sistem Jaminan Halal
Usaha Kecil dan Menengah meruapakan tipikal perusahaan dengan manajemen yang umumnya lebih sederhana yang disesuaikan dengan proses bisnis perusahaan yang dijalankan. Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan. Dalam hal ini, UKM mampu menyerap sebesar 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai hampir 95% tenaga kerja  Disamping itu, perkembangan UKM cukup meningkat dari tahun ke tahun. Rata-rata jumlah industri kecil meningkat sebesar 31,10% dari tahun 2012 sampai 2013. Dari beberapa subsektor yang ada, jumlah unit terbanyak diraih oleh subsektor industri makanan yang menguasai industri mikro kecil di Indonesia sebesar 30% sampai 35%..

Peningkatan tersebut menjadi sebuah peluang sekaligus juga tantangan bagi para pengusaha dan produsen untuk memenuhi standar kehalalan. Tentu saja dibutuhkan kemauan yang kuat dari pengusaha, pengetahuan yang memadai mengenai sistem berproduksi yang halal, pengetahuan bahan-bahan halal, sistem jaminan halal serta segala sesuatu yang terkait dengannya

Pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) haruslah menonjolkan sisi kwalitas produk yang dihasilkan. Walaupun industri kecil atau rumahan saja, akan tetapi setiap produk yang akan dipasarkan kepada konsumen juga memenuhi standar halal, hal tersebut perlu agar konsumsi publik atas produknya tidak menjadi madhorot atau keburukan.

Perubahan dan perkembangan usaha pada produsen pangan dapat terjadi secara dinamis dan cepat. Oleh karena itu perlu sistem yang dapat menjamin kehalalalan dari produk yang dihasilkan. Sistem Jaminan Halal (SJH) yaitu sebuah sistem yang mengelaborasi, menghubungkan, mengakomodasi dan mengintegrasikan konsep-konsep syariat Islam khususnya terkait dengan halal dan haram, etika usaha dan manajemen keseluruhan, prosedur dan mekanisme perencanaan serta implementasi dan evaluasinya pada suatu rangkaian produksi atau olahan bahan yang akan dikonsumsi umat Islam.

Sistem Jaminan Halal (SJH) ini merupakan sistem yang disiapkan dan dilaksanakan untuk perusahaan pemegang sertifikat halal yang bertujuan untuk menjamin proses produksi dan produk yang dihasilkan adalah halal sesuai dengan aturan yang digariskan oleh MUI. Bagi UKM yang telah mempunyai standar halal atau dalam kata lain telah bersertifikat halal di setiap produk yang dihasilkannya, haruslah tidak hanya berhenti pada titik itu saja. Akan tetapi jaminan kehalalan produk harus terus di jaga agar kwalitasnya pun ikut terjaga dan terpelihara.



Prinsip sistem jaminan halal pada dasarnya mengacu pada konsep Total Quality Manajement (TQM) yaitu sistem manajemen kualitas terpadu yang menekankan pengendalian kualitas pada setiap lini. Sistem jaminan halal harus dipadukan dalam keseluruhan manajemen yang berpijak pada empat konsep dasar, yaitu komitmen yang kuat untuk memenuhi permintaan dan persyaratan konsumen, meningkatkan mutu produksi dengan harga yang terjangkau, produksi bebas dari kerja ulang serta bebas dari penolakan dan penyidikan. Manfaat penerapan SJH adalah sebagai berikut :
1.    Perusahaan memiliki pedoman dalam menjaga kesinambungan proses produksi halal
2.    Menjamin kehalalan produk selama berlakunya Sertifikat Halal MUI
3.    Memberikan Jaminan dan ketentraman batin bagi masyarakat.
4.    Mencegah terjadinya kasus-kasus yang terkait dengan penyimpangan yang menyebabkan ketidakhalalan produk terkait dengan sertifikat halal.
5.    Menghindari kasus ketidakhalalan produk bersertifikat halal yang menyebabkan kerugian perusahaan
6.    Meningkatkan kepercayaan konsumen atas kehalalan produk yang dikonsumsinya.
7.    Membangun kesadaran internal halal perusahaan untuk bersamasama menjaga kesinambungan produksi halal
8.    Reward dari lembaga eksternal (memperoleh dan mempertahankan sertifikat halal) dan pengakuan masyarakat (customer satisfaction).

Pemberian label halal pada pangan yang dikemas bertujuan agar masyarakat memperoleh informasi yang benar dan jelas atas setiap produk pangan, baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan. Sistem jaminan halal dalam penerapannya harus diuraikan secara tertulis dalam bentuk manual halal yang meliputi lima aspek, yaitu:
1.    Pernyataan kebijakan perusahaan tentang halal (halal policy),
2.    Panduan halal (halal guidelines),
3.    Sistem organisasi halal,
4.    Uraian titik kendali kritis keharaman produk, dan
5.    Sistem audit halal internal.

Oleh karena itu maka penting untuk memberikan label halal pada setiap kemasan makanan yang akan diproduksi agar kaum Muslim merasa aman mengkonsumsinya dan terbebas dari dosa. Adapun beberapa manfaat label halal bagi produsen antara lain:
1.    Memilki USP (Unic Selling Point).
2.    Meningkatkan kepercayaan konsumen atas produk yang dikeluarkannya.
3.    Kesempatan untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan sebanyak 1,4 milyar Muslim dan jutaan non Muslim lainnya.
4.    Sertifikasi halal adalah jaminan yang dapat dipercaya untuk mendukung klaim pangan halal.
5.    100 % keuntungan dari market share yang lebih besar tanpa kerugian dari pasar/klien non Muslim.
6. Meningkatkan marketability produk di pasar/negara Muslim.
7.    Investasi berbiaya murah dibandingkan dengan pertumbuhan revenue yang dapat dicapai.
8.    Peningkatan citra produk.

Daftar Pustaka
Majelis Ulama Indoneisa, 2008, Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM – MUI, Jakarta
Ramlan dan Nahrowi, 2014, Sertifikasi Halal sebagai Penerapan Etika Bisnis Islami dalam Upaya Perlindungan bagi Konsumen Muslim, Vol. XIV, No. 1,


Selasa, 09 Agustus 2016

MANEJEMEN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN


SEJARAH PERKEMBANGAN AEROFOOD ACS MASKAPAI PENERBANGAN GARUDA INDONESIA
Oleh :Ladyamayu Pinasti


PT. Aerowisata Catering Service merupakan salah satu group perusahaan penerbangan terkenal yaitu Garuda Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa catering, yaitu penyediaan makanan dan minuman untuk perusahaan-perusahaan penerbangan.


Asal mula berdirinya perusahaan ini berawal dari pemisahan perbekalan pesawat dari badan Garuda Indonesia Airways (GIA). Dengan adanya pemisahan kegiatan dari induk garuda maka perbekalan beroperasi atau nama sendiri dan bertanggung jawab kepada perusahaan sendiri. Oleh karena itu pada tahun 1970 didirikan Garuda Airline Flightyang berkedudukan di Kemayoran Internasional Airport Jakarta. Kegiatan operasi atas nama tersebut diatas berlangsung kurang dari 4 tahun.

Selanjutnya pada tanggal 23 Desember 1974 perusahaan ini mengembangkan usahanya dengan menjalin kerjasama (food veniture) dengan pihak Dairy Farm, terutama dalam hal manejemen dan pemodalan. Maka terbentuklah PT Aero Garuda Dairy Farm Catering, dan sejak itulah hari jadi atau ulang tahun PT Aerowisata Catering Service.

Kemudian pada bulan September 1975 dibuka Flight Kitchen yang lebih besar dan dilengkapi dengan fasilitas yang cukup memadai di bandara Halim Perdanakusuma seiring dengan pindahnya penerbangan nasional dan internasional dan bandara kemayoran .

Pada tanggal 23 Desember 1981 nama Garuda Dietary Catering berubah menjadi PT Aero Garuda Catering Service, setelah seluruh saham yang dimiliki Dairy Farm dibeli garuda. Pada tanggal 16 Januari 2001, nama tersebut berubah lagi menjadi PT Aero Catering Service dan untuk lebih mencerminkan citra keindonesiaannya, pada tanggal 20 November 1982 berubah nama menjadi PT Angkasa Citra Sarana Catering Service. Mulai tahun 1983 PT Angkasa Citra Sarana Catering Service merupakan salah satu devisi dari Aerowisata.

Setelah bandar udara Internasional Sukarno Hatta pada tanggal 30 Maret 1985 kegiatan Flight Kitchen yang ada dibandar Halim perdanakusuma dan kemayoran pindah ke Cengkareng. Khusus untuk penerbangan Haji masih dilakukan di bandar Halim Perdana Kusuma

Pada awal tahun 1991 PT Angkasa Citra Sarana Catering Service berubah nama menjadi PT Aerowisata Catering Service hingga sekarang dan untuk menunjukkan pelayanan jasa boga penerbangan maka cabang-cabang di daerah didirikan seperti
-       Bali pada tahun 1975 di bandar udara Ngurah Rai
-       Medan pada tanggal 17 Oktober 1987 di bandar udara Polonia
-       Surabaya pada tanggal 14 Maret 1991 di bandar udara Juanda
-       Biak pada tanggal 25 Agustus 1993


Dengan pengalamannya selama 40 tahun sebagai penyedia airline catering bertaraf internasional, Aerofood ACS sebagai bagian dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia telah berhasil dan selalu menjaga reputasi perusahaan untuk menghadirkan layanan kelas premium untuk produk makanan d an minuman terbaik di kelasnya.

ACS kemudian melakukan diversifikasi dengan menyediakan layanan industrial catering di tahun 2002, dan perusahaan mulai merintis bisnis retail F&B di tahun 2008. Dengan beragam kesuksesan yang terus di raih, perusahaan semakin mengembangkan divisi-divisi baru yang juga memberikan sumbangan bagi perkembangan perusahaan. Di tahun 2009, layanan manajemen laundry dan in-flight logistic memulai operasinya di bawah divisi yang diberi nama Garuda Support.

Bersamaan dengan terus majunya bisnis perusahaan, di tahun 2010 Aerowisata Group sebagai perusahaan induk meluncurkan logo perusahaan baru. Logo baru dimaksudkan untuk semakin memperkuat imej perusahaan berikut anak-anak perusahaannya. Di tahun yang sama, ACS juga mengubah namanya menjadi Aerofood ACS. Logo perusahaan sungguh menunjukkan komitmen perusahaan yang lebih kuat dan logo baru ini juga menghembuskan semangat baru ke seluruh sendi perusahaan yang berbasis di Jakarta ini serta semakin membulatkan tekad Aerofood ACS untuk semakin mengembangkan sayapnya.

Masih di tahun 2010, Aerofood ACS membuka kantornya di Denpasar, Surabaya, Medan, Balikpapan, Bandung, Yogyakarta dan Lombok. Di tahun 2014, cabang Pekanbaru direncanakan juga akan mulai beroperasi.


Mulai pada tahun 2017 mendatang Aerofood ACS di Pekanbaru melakukan restrukturisasi sajian menu makanan untuk dinikmati para penumpang. Awal 2017 mendatang perusahaan ini akan menghadirkan tiga jenis sajian makanan yang tiap jenis sajian menghadirkan 10 macam kategori hidngan berbeda dengan total 60 hidangan. Pada restrukturisasi sajian hidangan ini Aerofood ACS Pekanbaru memasukkan sajian makanan berciri khas lokal.

Tiap jenis hidangan ini nantinya disajikan sesuai penerbangan Garuda Indonesia. Bentuk jenis sajian hidangan tersebut yakni refreshment dengan waktu penyajian pada jam penerbangan mulai dari pukul 08.00 wib hingga pukul 11.00 wib, breakfast dengan waktu penyajian 06.00 wib hingga pukul 08.00 wib, sementara lunch and dinner disajikan pada waktu penerbangan berkisar saat waktu makan mulai pukul 12.00 wib dan seterusnya.

Pemberian pelayanan terbaik bagi penumpang, perusahaan melakukan pengawasan dan pengontrolan yang ketat. Pengontrolan dan pengawasan makanan tersebut kami menerapkan lima tahapan yakni, receiving area, penyimpanan material atau bahan di dalam freezer dengan suhu tertentu agar bahan tetap fresh, kontrol masakan sesuai ketentuan kesehatan dan kelayakan, blast chiller serta dishing

salah satu bentuk upaya peningkatan pelayanan untuk penumpang Garuda Indonesia bersama Aetofood ACS di tahun 2017 melakukan restrukturisasi sajian hidangan untuk penumpang dengan memperhitungkan masukan dari para penumpang dan lebih menonjolkan ciri khas daerah lokal.

Saat ini, Aerofood ACS memiliki lebih dari 5.500 staf profesional dan dikenal sebagai pemimpin dalam bisnis ini, dengan produk layanan premium in-flight logistic yang disajikan ke 40 perusahaan penerbangan komersil internasional dan domestic.

Aerofood ACS juga menyediakan layanan catering untuk lebih dari 20 perusahaan blue ribbon di seluruh negeri. Berbekal kekuatan pendekatan terhadap customer yang luar biasa, di tahun 2013 Aerofood ACS mendapat pengakuan 2013 Indonesian Airline Support Service Provider dari Frost & Sullivan.

Pada tahun-tahun ke depan, Aerofood ACS telah menyiapkan rencana untuk terus meningkatkan layanan berkualitas dengan secara proaktif menggali lebih banyak peluang bisnis dan mengembangkan pendekatan inovatif sebagai cara untuk selalu menjadi yang terdepan dalam memenuhi tuntutan dan ekspektasi pasar.

Daftar Pustaka :
Melyny Hema H, 2007, Analisi Kinerja Keuangan Perusahaan PT Aerowisata Catering Service Medan, Skripsi, Medan, Universitas Sumatra Utara



Kamis, 19 Mei 2016

INFO KESEHATAN



ALERGI DAN INTOLERANSI MAKANAN


Alergi dan intoleransi makanan merupakan reaksi simpang terhadap makanan. Alergi terhadap makanan adalah suatu reaksi imunologik yang diperantarai oleh Ig-E terhadap protein dalam makanan yang secara normal biasanya tidak menimbulkan reaksi. Sedangkan intoleransi makanan adalah reaksi non imunologik terhadap makanan yang bersifat toksik, farmakologis, metabolik atau reaksi idiosinkratik terhadap makanan atau substansi kimiawi dalam makanan.

Gejala pada alergi maupun intoleransi makanan meliputi gangguan gastrointestinal, kulit, pernafasan dan kardiovaskuler, sehingga bila terjadi reaksi simpang makanan perlu dipastikan alergi atau intoleransi, karena walaupun gejala mungkin sama tetapi tatalaksana dietnya tetap berbeda. Pada anak yang sering terjadi adalah intoleransi laktosa karena defisiensi enzim laktase, sukrase dan lain-lain, zat farmakologik (kafein) dan bahan tambahan makanan (penyedap, pemanis, pewarna dan perisa).

Penyebab alergi makanan adalah protein dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dan bereaksi dengan sistem kekebalan sehingga menimbulkan reaksi alergi. Anak yang mempunyai riwayat atopi atau predisposisi genetik, mempunyai kecenderungan lebih besar untuk terjadinya alergi makanan. Gejala alergi umumnya timbul segera atau dalam 2 jam setelah setelah mengkonsumsi makanan tersebut, dengan tingkat keparahan dari ringan sampai berat.

Jenis bahan makanan yang sering menjadi penyebab alergi pada anak adalah susu sapi, telur, kedelai, gandum serta hidangan laut (ikan, udang serta kerang). Sekitar 80-90% alergi terhadap makan ini akan menghilnag setelah usia 3 tahun, tetapi seringkali alergi terhadap ikan, kerang dan kacang-kacangan menetap hingga dewasa. Pengendalian reaksi alergi dengan cara menghindari makanan penyebab alergi dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan serta penggunaan obat sehingga akan meningkatkan kualitas hidup anak


 anak-anak, puncak kejadian kejadian alergi makanan terjadi pada usia 0-2 tahun karena sistem saluran pencernaan relatif belum matang, dan paling sering adalah alergi susu sapi. Alergi susu sapi adalah enteropati akibat sensitifitasi terhadap protein susu sapi yang ditandai dengan sindroma klinis berupa muntah, diare kronik, malabsorbsi, gangguan pertumbuahan dan pada biopsi usus ditemukan mukosa yang abnormal.






Selasa, 26 April 2016

PROMOSI KESEHATAN GIZI


PROGRAM EVIDENCE BASED DALAM RANGKA MENCEGAH OBESITAS PADA MASA KANAK-KANAK
Oleh : Ladyamayu Pinasti, Universitas Darussalam Gontor

CDC Nutrition, Physical Activity and ObesityPrevention Program menetapkan 3 tujuan dngan evidence based untuk mencegah dan mengendalikan obesitas (CDC, 2003)
1.      Meningkatkan aktivitas fisik
2.      Mengurangi tontonan televisi
3.      Memperbaiki nutrisi dengan meningkatkan pemberian ASI dan konsumsi buah dan sayur

A.    Aktivitas Fisik (Kids Walk to School)


         Kids walk to school merupakan program berbasis komunitas yang dikembangkan oleh CDC Nutrition dan Physical Activity Program. Program ini mendorong anak-anak untuk berjalan dalam kelompok menuju dan dari sekolah yang didampingi oleh orang dewasa (CDC, n.d). Program ini mengarahkan anggota komunitas, seperti staf sekolah, orang tua, guru, departemen kepolisian, pengusaha, warga sipil dan kelompok lain untuk bekerja bersama-sama meningkatkan rute yang aman menuju dan dari sekolah bagi anak –anak untuk berjalan atau mengendarrai sepeda mereka.

Program ini meningkatkan kewaspadaan komunitas akan pentingnya aktivitas fisik harian pada anak-anak dan halangan terhadap aktivitas yang mereka lakukan. Program tersebut mengubah komunitas “yang tidak mampu berjalan” menjadi komunitas “yang mampu berjalan”, yang mengarah pada intervensi yang berhubungan dengan lingkungan program ini mendukung tujuan Health People 2010 yang berhubungan dngan perjalanan anak ke sekolah berjalan atau bersepeda (U.S. Departement of Health and Human Serevice, 2000).

B.     Tontonan Televisi


                Center for Sreen Time Awareness (awalnya adalah TV Turnoff Network) mendorong anak dan orang dewasa untuk mematikan televisi dan mengunakan waktu tersebut untuk melakukan aktivitas menyenangkan dengan keluarga yang akan mendukung kehidupan yang sehat. Program ini mendukung 2 program yaitu Program TV Turnoff Week dan More Reading, Less TV. TV Turnoff Week dilakukan selama minggu terakhir bulan april setiap tahun. TV Turnoff Week mendorong aktivitas Fisik, seperti berkebun, berselancar, menari, berjalan, bersepeda dan bermain olahraga, bersama dengan aktivitas nonfisk lain. More Reading, Less TV mendorong aktivitas fisik membaca sebagai penggantia aktivitas menonton TV pada anak-anak dan orang dewasa. Mengurangi aktivitas menonoton televisi dapat mendorong anak menjadi lebih aktif secara fisik karena terdapat hubungan antara meningkatnya aktivitas menonton televisi dan meningkatnya IMT pada anak-anak (Center for Sreen Time Awareness n.d). Program ini mendukung tujuan Health People 2010 terkait dengan meningkatnya jumlah remaja yang menonton TV selama 2 Jam atau kurang pada Hari Sekolah (U.S. Departement of Health and Human Serevice, 2000).

A.    Gizi (Pemberian ASI)


         Pemberian ASI dapat memberikan intervensi awal untuk mencegah obesitas pada masa kanank-kanak. Promosi pemberian ASI dapat terjadi diberbagai tatanan. Sebagai contoh, praktisi kesehatan dapat mengembang koalisi pemberian ASI di lingkungan kerja, rumah sakit dan komunitas. Selain itu anggota koalisi juga memantau dan mengevaluasi intervensi yang dilakukan. Selain itu praktisi kesehatan dapat berkolaburasi dengan rekan atau berpartisipasi dalam koalisi untuk meningkatkan kesadaran dan promosi pemberian ASI World Breastfeeding Week, pemeran kesehatan atau acara komunitas lainnya. Selain itu praktisi kesehatan juga dapat melatih ahli gizi, perawat, dokter dan profesional medis lainnya tentang pemberian manajemen ASI dan cara suportif untuk meningkatkan gagasan dan durasi pemberian ASI.

Pada tatanan klinis, praktisi kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI, konseling dan dukungan pada ibu hamil dan menyusui untuk meningjkatkan gagasan dan durasi pemberian ASI. Gagasan ini mendukung tujuan Healthy People 2010 dalam meningkatkan proporsi ibu yang memberikan ASI pada Bayi mereka (U.S. Departement of Health and Human Serevice, 2000).

Daftar Pustaka :

Sharlina J dan Edelstein S, 2015, Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC 




Jumat, 18 Desember 2015

Teknologi Pangan


                                      HASIL PENGOLAHAN JAHE INSTAN


          Acara              : Pengeringan (jahe instan)
          Hari/Tanggal   : Senin / 07 Desember 2015

A.   Alat dan bahan
1.    Alat
·         Pisau
·         Sendok
·         Telenan
·         Baskom plastik
·         Belender
·         Gelas ukur
·         Timbangan
·         Wajan
·         Spatula
·         Saringan
·         Plastik
2.    Bahan
·         Rimpang jahe
·         Gula
·         Air


B.   Cara kerja
1.    Memilih jahe yang baik, lalu menguupas dan mencuci bersih
2.    Blender dengan penambahan air, perbandingan rimpang jahe : air (1:3)
3.    Memeras dan menyaring menggunakan kain saring, ambil sarinya
4.    Menambahkan gula dengan perbandingan 1:1
5.    Pengeringan (masukkan dalam wajan, panaskan dan aduk sampai mengkristal)
6.    Kristal-kristal jahe diblender sampai menjadi bubuk jahe
7.    Kemas dalam plastik, jadilah produk instan jahe

A.   Hasil
Tabel 1. Pembuatan jahe instan
Produk
Berat jahe
Berat awal
Berat gula
Volume air
Berat akhir
Jahe instan
170 g
657 g
590 g
590 cc
533 g

Tabel 2. Uji organoleptik jahe instan
Rasa
Manis, sedikit pedas
Aroma
Manis gula
Warna
Putih tulang
Tekstur
Bubuk lembut

B.   A.   Pembahasan
Pada praktikum ini, teknologi pembuatan jahe instan dilakukan dengan menggunakan teknologi kristalisasi. Proses pembuatan jahe instan adalah pertama memilih jahe yang baik untuk mendapatkan hasil dengan mutu jahe instan yang berkualitas baik, lalu mengupas dan mencuci jahe hingga bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada jahe. Kemudian memblender dengan menambahkan air dengan perbandingan rimpang jahe dan air 1 : 3 untuk mengeluarkan sari jahe dari ampas atau serat jahe. Kemudian memeras dan menyaring menggunakan kain saring untuk menghasilkan sari jahe. Kemudian menambahkan gula dengan perbandingan 1 :1. Fungsi gula dalam pembuatan jahe instan adalah sebagai bahan pemanis, penambah rasa, pembentukan gel dan pengawet alami. Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi sehingga cairan sel mikroorganisme terserap keluar, akibatnya menghambat sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan kematian sel (Winarno, 2004).

        Selanjutnya pengeringan dengan memasukkan larutan sari jahe dengan gula pasir kedalam wajan dan panaskan serta aduk sampai mengkristal. Selama proses pemasakan perlu dilakukan pengadukan agar panasnya dapat merata serta untuk mencegah kegosongan. Menurut Estasih (2011) kristalisasi yang terjadi pada pembuatan jahe berfungsi untuk menguapkan air dari pemurnian. Untuk memurnikan suatu komponen bahan pangan dari suatu campuran, pemisahan dapat dilakukan dengan kristalisasi. Kemudian kristal-kristal jahe diblender sampai manjadi bubuk jahe. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan bubuk jahe instan yang halus. Terakhir kemas dalam plastik dan produk jahe instan siap dikonsumsi.

      Kristalisasi adalah istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkatann dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukkan kondisi inti kristal, pertumbuhan kristal dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah (Estasih, 2011)

         Teknologi kristalisasi ini didasarkan pada pemanfaatan sifat gula pasir (sukrosa) yang dapat kembali membentuk kristal setelah dicairkan. Secara umum, mekanismenya yaitu sukrosa yang dipanaskan akan mencair dan bercampur dengan bahan lainnya. Ketika air menguap, maka sukrosa tersebut akan terbentuk kembali menjadi butiran-butiran padat. (Estasih, 2011)

  Berdasarkan hasil pengamatan pengolahan jahe instan menunjukkan bahwa terjadi penyusutan berat akhir bahan dibanding berat awal bahan. Berat jahe awal sebesar 657 g sedangkan berat akhir bahan 533 g. Hal ini terjadi karena proses pengelahan bahan.

         Menurut hasil uji organoleptik jahe instan menunjukkan bahwa jahe instan memiliki  rasa manis sedikit pedas, aromanya manis gula, warnanya putih tulang, teksturnya bubuk lembut. Rasa manis pada bubuk instan dihasilkan dari citarasa gula yang ditambahkan pada proses pengolahan jahe instan. Tekstur bubuk lembut pada jahe instan didapatkan karena hasil kristalisasi bahan pada saat pengolahan.

KESIMPULAN
  Pada praktikum ini, teknologi pembuatan jahe instan dilakukan dengan menggunakan teknologi kristalisasi. Proses pembuatan jahe instan adalah pertama memilih jahe yang baik, lalu mengupas dan mencuci jahe hingga bersih. Kemudian memblender dengan menambahkan air dengan perbandingan rimpang jahe dan air 1 : 3 untuk mengeluarkan sari jahe dari ampas atau serat jahe. Kemudian memeras dan menyaring menggunakan kain saring untuk menghasilkan sari jahe. Kemudian menambahkan gula dengan perbandingan 1 :1. Selanjutnya pengeringan dengan memasukkan larutan sari jahe dengan gula pasir kedalam wajan dan panaskan serta aduk sampai mengkristal. Kemudian kristal-kristal jahe diblender sampai manjadi bubuk jahe. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan bubuk jahe instan yang halus. Terakhir kemas dalam plastik dan produk jahe instan siap dikonsumsi.

        Kristalisasi adalah istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukkan kondisi inti kristal, pertumbuhan kristal dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah.

DAFTAR PUSTAKA

 Estasih Teti, Teknologi Pengolahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara
Winarno, 2004, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama