ALERGI
DAN INTOLERANSI MAKANAN
Alergi dan intoleransi makanan
merupakan reaksi simpang terhadap makanan. Alergi terhadap makanan adalah suatu
reaksi imunologik yang diperantarai oleh Ig-E terhadap protein dalam makanan
yang secara normal biasanya tidak menimbulkan reaksi. Sedangkan intoleransi
makanan adalah reaksi non imunologik terhadap makanan yang bersifat toksik,
farmakologis, metabolik atau reaksi idiosinkratik terhadap makanan atau
substansi kimiawi dalam makanan.
Gejala
pada alergi maupun intoleransi makanan meliputi gangguan gastrointestinal,
kulit, pernafasan dan kardiovaskuler, sehingga bila terjadi reaksi simpang
makanan perlu dipastikan alergi atau intoleransi, karena walaupun gejala
mungkin sama tetapi tatalaksana dietnya tetap berbeda. Pada anak yang sering
terjadi adalah intoleransi laktosa karena defisiensi enzim laktase, sukrase dan
lain-lain, zat farmakologik (kafein) dan bahan tambahan makanan (penyedap,
pemanis, pewarna dan perisa).
Penyebab
alergi makanan adalah protein dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dan
bereaksi dengan sistem kekebalan sehingga menimbulkan reaksi alergi. Anak yang
mempunyai riwayat atopi atau predisposisi genetik, mempunyai kecenderungan
lebih besar untuk terjadinya alergi makanan. Gejala alergi umumnya timbul
segera atau dalam 2 jam setelah setelah mengkonsumsi makanan tersebut, dengan
tingkat keparahan dari ringan sampai berat.
Jenis
bahan makanan yang sering menjadi penyebab alergi pada anak adalah susu sapi,
telur, kedelai, gandum serta hidangan laut (ikan, udang serta kerang). Sekitar
80-90% alergi terhadap makan ini akan menghilnag setelah usia 3 tahun, tetapi
seringkali alergi terhadap ikan, kerang dan kacang-kacangan menetap hingga
dewasa. Pengendalian reaksi alergi dengan cara menghindari makanan penyebab
alergi dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan serta penggunaan obat
sehingga akan meningkatkan kualitas hidup anak
anak-anak, puncak kejadian kejadian alergi
makanan terjadi pada usia 0-2 tahun karena sistem saluran pencernaan relatif belum
matang, dan paling sering adalah alergi susu sapi. Alergi susu sapi adalah
enteropati akibat sensitifitasi terhadap protein susu sapi yang ditandai dengan
sindroma klinis berupa muntah, diare kronik, malabsorbsi, gangguan pertumbuahan
dan pada biopsi usus ditemukan mukosa yang abnormal.